Rabu, 03 April 2013

MEMBANGUN MASYARAKAT MELALUI BUDAYA MEMBACA DAN PERPUSTAKAAN (DEVELOPING COMMUNITY THROUGH LITERACY CULTURE AND BULDING LIBRARY)

MEMBANGUN MASYARAKAT
MELALUI
BUDAYA MEMBACA DAN PERPUSTAKAAN
(DEVELOPING COMMUNITY THROUGH LITERACY CULTURE AND BULDING LIBRARY)

Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) di era globalisasi ini membawa perubahan pola pikir atau main set masyarakat dunia untuk mencapai kemudahan dan kegampangan dalam melakukan kerja, tugas, kewajiban, kegemaran dan pengabdian.  Batas-batas antar Negara baik secara fisik, sosial ekonomi dan budaya menjadi semakin tidak membatasi ruang gerak sebagian kelompok masyarakat dunia yang telah menguasai IPTEKS secara mapan. Sementara kelompok masyarakat dunia lainnya yang kurang atau masih lemah dalam penguasaan IPTEKS menjadi semakin tertinggal dan tergantung hidupnya kepada kelompok masyarakat dunia yang telah maju dalam IPTEKS.  Ketertinggalan dan ketergantungan kelompok masyarakat di suatu Negara terhadap Negara lainnya akan menyebabkan terdiktenya, tertindasnya, dan bahkan terjajahnya kelompok masyarakat tertinggal/tergantung baik di sektor kehidupan perekonomian, sosial maupun budaya mereka.  Akhirnya mereka akan menjadi tidak memiliki harga diri di mata dunia.
Implikasi kelemahan dan ketertinggalan suatu Negara dalam penguasaan IPTEKS benar-benar menjadikan hidup orang-orang-masyarakat-bangsa dan Negara menjadi tidak berarti.  Oleh karenanya, mau tidak mau, suku tidak suka IPTEKS harus dikuasai.  Sejarah perkembangan dunia telah membuktikan, bahwa hanya orang-orang di suatu masyarakat yang gemar belajar baik melalui guru maupun membaca yang akan dapat memahami dan menerapkan IPTEKS.  Sementara itu, untuk membangun budaya membaca secara efektif dan efisien harus dibangunkan perpustakaan-perpustakan yang cukup dapat melayani kelompok-kelompok masyarakat yang telah gemar membaca.
Membangun budaya membaca, bahkan untuk para siswa sekolah yang seyogyanya gemar membaca, tidaklah gampang.  Peran serta para guru, orang tua dan masyarakat serta pemerintah dalam merangsang minat baca para siswa sekolah maupun luar sekolah sangat dibutuhkan.  Membiasakan mereka untuk mengenali fenomena-fenomena bermasalah baik yang ditimbulkan oleh gejala alam dan gejala sosial masyarakat adalah jalan untuk membuka kemauannya untuk berkreativitas dalam mencari solusi dari fenomena-fenomena bermasalah tersebut.  Mendorong kreativitas siswa akan mewujudkan keingintahuan mereka, sehingga timbul dorongan melakukan penelitian dan penerapan IPTEKS yang memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.  Dengan demikian pola pikir siswa yang bersifat tradisional, yaitu menanggapi gejala yang ada dan menimbulkan fenomena bermasalah sebagai sesuatu yang “mula keto” harus dirubah melalui upaya-upaya penelitian dan penerapan IPTEKS, dan bahkan kalau bisa sampai mencapai inovasi dan invensi.
Sesuatu yang harus disadari juga adalah bahwa pengembangan IPTEKS harus diimbangi dengan pengembangan pendidikan moral, spiritual, dan emosi pada diri siswa.  Tujuannya adalah agar mereka memiliki pengendalian diri yang kuat untuk tidak menerapkan IPTEKS yang memberi dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan.  Oleh karenanya pengkayaan khasanah-khasanah buku bacaan perpustakaan harus dilengkapi juga dengan buku-buku yang memberi bimbingan-bimbingan untuk menjadi insan yang berkarakter (pengembangan pendidikan moral, spiritual, dan emosi). 
Membangun budaya membaca bukanlah berarti mencetak para siswa menjadi kutu-kutu buku, melainkan menjadikan mereka kutu-kutu amal.  Hasil-hasil penelitian IPTEKS kalau hanya tersimpan di otak atau menjadi gundukan buku-buku publikasi di perpustakaan, tanpa diamalkan kepada masyarakat tidaklah banyak bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat dan kehidupan.  Oleh karena itu, sinergi antara para ilmuwan dan praktisi (dunia swasta dan pemerintah) dalam mewujudkan masyarakat yang berIPTEKS sangatlah diperlukan. Harus dibentuk Ilmuwan yang praktis dan praktisi yang ilmiah.
Jika di lihat dari orang-orang yang berprestasi, mereka mendapat wawasan, pengetahuan yang luas tidaklah hanya mengandalkan pelajaran dikelas dari pengajar atau hanya sekedar melihat dan menonton sesuatu yang bermanfaat. Akan tetapi mereka akan lebih meluangkan waktunya untuk membaca berbagai jenis buku yang dapat menjadikan mereka sesuatu yang belum diketahui sehingga menjadi mengetahui dan selalu ingin mengetahui.
Pendek kata, semua visi dan misi yang tersirat dalam tulisan ini hanya akan tercapai bila budaya membaca dan membangun perpustakaan baik untuk siswa sekolah dan luar sekolah terus dipacu dan digiatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar