MEMBANGUN MASYARAKAT
MELALUI
BUDAYA MEMBACA DAN PERPUSTAKAAN
(DEVELOPING COMMUNITY THROUGH LITERACY
CULTURE AND BULDING LIBRARY)
Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Seni (IPTEKS) di era globalisasi ini membawa perubahan pola pikir atau main set masyarakat dunia untuk mencapai
kemudahan dan kegampangan dalam melakukan kerja, tugas, kewajiban, kegemaran
dan pengabdian. Batas-batas antar Negara
baik secara fisik, sosial ekonomi dan budaya menjadi semakin tidak membatasi
ruang gerak sebagian kelompok masyarakat dunia yang telah menguasai IPTEKS secara
mapan. Sementara kelompok masyarakat dunia lainnya yang kurang atau masih lemah
dalam penguasaan IPTEKS menjadi semakin tertinggal dan tergantung hidupnya
kepada kelompok masyarakat dunia yang telah maju dalam IPTEKS. Ketertinggalan dan ketergantungan kelompok
masyarakat di suatu Negara terhadap Negara lainnya akan menyebabkan
terdiktenya, tertindasnya, dan bahkan terjajahnya kelompok masyarakat
tertinggal/tergantung baik di sektor kehidupan perekonomian, sosial maupun
budaya mereka. Akhirnya mereka akan
menjadi tidak memiliki harga diri di mata dunia.
Implikasi kelemahan dan ketertinggalan suatu Negara
dalam penguasaan IPTEKS benar-benar menjadikan hidup
orang-orang-masyarakat-bangsa dan Negara menjadi tidak berarti. Oleh karenanya, mau tidak mau, suku tidak
suka IPTEKS harus dikuasai. Sejarah
perkembangan dunia telah membuktikan, bahwa hanya orang-orang di suatu
masyarakat yang gemar belajar baik melalui guru maupun membaca yang akan dapat
memahami dan menerapkan IPTEKS.
Sementara itu, untuk membangun budaya membaca secara efektif dan efisien
harus dibangunkan perpustakaan-perpustakan yang cukup dapat melayani
kelompok-kelompok masyarakat yang telah gemar membaca.
Membangun budaya membaca, bahkan untuk para siswa
sekolah yang seyogyanya gemar membaca, tidaklah gampang. Peran serta para guru, orang tua dan
masyarakat serta pemerintah dalam merangsang minat baca para siswa sekolah
maupun luar sekolah sangat dibutuhkan.
Membiasakan mereka untuk mengenali fenomena-fenomena bermasalah baik
yang ditimbulkan oleh gejala alam dan gejala sosial masyarakat adalah jalan
untuk membuka kemauannya untuk berkreativitas dalam mencari solusi dari
fenomena-fenomena bermasalah tersebut.
Mendorong kreativitas siswa akan mewujudkan keingintahuan mereka,
sehingga timbul dorongan melakukan penelitian dan penerapan IPTEKS yang
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.
Dengan demikian pola pikir siswa yang bersifat tradisional, yaitu
menanggapi gejala yang ada dan menimbulkan fenomena bermasalah sebagai sesuatu
yang “mula keto” harus dirubah melalui upaya-upaya penelitian dan penerapan
IPTEKS, dan bahkan kalau bisa sampai mencapai inovasi dan invensi.
Sesuatu yang harus disadari juga adalah bahwa
pengembangan IPTEKS harus diimbangi dengan pengembangan pendidikan moral,
spiritual, dan emosi pada diri siswa.
Tujuannya adalah agar mereka memiliki pengendalian diri yang kuat untuk
tidak menerapkan IPTEKS yang memberi dampak buruk bagi masyarakat dan
lingkungan. Oleh karenanya pengkayaan
khasanah-khasanah buku bacaan perpustakaan harus dilengkapi juga dengan
buku-buku yang memberi bimbingan-bimbingan untuk menjadi insan yang berkarakter
(pengembangan pendidikan moral, spiritual, dan emosi).
Membangun budaya membaca bukanlah berarti mencetak
para siswa menjadi kutu-kutu buku, melainkan menjadikan mereka kutu-kutu
amal. Hasil-hasil penelitian IPTEKS
kalau hanya tersimpan di otak atau menjadi gundukan buku-buku publikasi di
perpustakaan, tanpa diamalkan kepada masyarakat tidaklah banyak bermanfaat bagi
kemaslahatan masyarakat dan kehidupan. Oleh
karena itu, sinergi antara para ilmuwan dan praktisi (dunia swasta dan
pemerintah) dalam mewujudkan masyarakat yang berIPTEKS sangatlah diperlukan.
Harus dibentuk Ilmuwan yang praktis dan praktisi yang ilmiah.
Jika di lihat dari orang-orang yang berprestasi,
mereka mendapat wawasan, pengetahuan yang luas tidaklah hanya mengandalkan
pelajaran dikelas dari pengajar atau hanya sekedar melihat dan menonton sesuatu
yang bermanfaat. Akan tetapi mereka akan lebih meluangkan waktunya untuk
membaca berbagai jenis buku yang dapat menjadikan mereka sesuatu yang belum
diketahui sehingga menjadi mengetahui dan selalu ingin mengetahui.
Pendek kata, semua visi dan misi yang tersirat dalam
tulisan ini hanya akan tercapai bila budaya membaca dan membangun perpustakaan
baik untuk siswa sekolah dan luar sekolah terus dipacu dan digiatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar