Selasa, 02 April 2013

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN BANGLI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang mana bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Usaha pengelolaan budidaya ternak dewasa ini telah berkembang pesat seiring dengan tuntutan pemenuhan protein hewani terutama kontinuitas penyediaan daging, telur dan susu.  Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan produk yang mencukupi baik dari sisi jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam dan merata.  Sementara pihak swasta dan masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam  mewujudkan kecukupan konsumsi produk peternakan melalui kegiatan produksi, perdagangan dan distribusi produk.
Telur sebagai salah satu produk ternak unggas mengandung protein yang sangat berperan dalam tubuh manusia karena protein berfungsi sebagai zat pembangun, yaitu pembentuk jaringan baru, zat pengatur berbagai sistem di dalam tubuh, dan sebagai bahan bakar, protein akan dibakar ketika kebutuhan energi tubuh tidak dapat dipenuhi oleh hidrat arang dan lemak.   Hampir semua tingkat lapisan masyarakat mengkonsumsi jenis makan ini sebagai sumber protein hewani.  Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan gampang cara pengolahannya.  Sehingga telur menjadi bahan makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.  Pada gilirannya kebutuhan telur akan terus meningkat.
Permintaan akan telur sangat erat kaitannya dengan harga, karena dengan adanya harga yang sesuai maka masyarakat dapat menjangkau sesuai dengan pendapatan mereka.  Meningkatnya pendapatan sangat berpengaruh terhadap permintaan telur.  Apabila pendapatan berubah maka kuantitas permintaan akan telur berubah sehingga dapat mempengaruhi kegiatan produksi dan perdagangan telur.  Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula (Rustam, 2002). 
Prospek usaha peternakan ayam ras petelur di Indonesia  dinilai sangat baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar negeri, jika dintinjau dari permintaan dan penawaran.  Di sisi penawaran kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang sesungguhnya (Rangkuti, F., 2000).  Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang.  Artinya prospek pengembangannya masih terbuka lebar.  Di sisi permintaan, saat ini produksi telur ayam ras baru mencapai kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 65%.  Sisanya dipenuhi dari telur ayam kampung, itik, dan puyuh.  Iklim perdagangan global yang sudah mulai terasa saat ini semakin memungkinkan produk telur ayam ras petelur Indonesia untuk masuk ke pasar luar negeri, mengingat produk telur ayam ras bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita per tahun dari suatu negara.  Meskipun potensi usaha budidaya ayam ras petelur sangatlah menarik, namun sejumlah tantangan bisa menjadi penghambat usaha yang bisa mengubah potensi keuntungan menjadi kerugian. 
Tantangan dan hambatan dalam usaha peternakan ayam ras petelur antara lain manajemen pemeliharaan yang lemah, fluktuasi harga produk, fluktuasi harga sarana produksi, tidak ada kepastian waktu jual, marjin usaha rendah, sarana produksi yang sangat bergantung pada impor dan persaingan global yang semakin ketat.  Namun demikian, tantangan tersebut sebaiknya tidak membuat calon investor yang ingin berinvestasi di sektor usaha budidaya ayam ras petelur mengurungkan niatnya, tetapi harus menjadi penuntun untuk mencari jalan pemecahan masalah.  Salah satu pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem agribisnis yang dapat membuat usaha budidaya ayam ras petelur tatap potensial dan berkembang.
Peternakan skala besar di Kabupaten Bangli walaupun mempunyai modal usaha yang cukup besar sebagai kekuatan (faktor internal) tetapi masih memiliki beberapa kelemahan.  Salah satunya adalah harga telur yang lebih tinggi daripada harga telur dari Jawa Timur.  Sedangkan untuk faktor eksternal, yaitu ancaman flu burung, harga pakan yang mahal, dan tingginya persaingan untuk pasar di luar Kabupaten Bangli  (Denpasar, Badung, Gianyar, Karangasem, Lombok Barat dan luar Bali). Jika tidak ada strategi pemasaran dan pengembangan usaha yang tepat dikhawatirkan pangsa pasar di daerah-daerah tersebut akan direbut total.
Sehubungan dengan semakin intensifnya usaha peternakan ayam ras skala besar, maka semakin tinggi pula kontribusi limbah yang dihasilkan  sebagai akibat proses budidaya serta penanganan  pasca panen, diantaranya kotoran dan bulu ayam.  Apabila limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka lambat laun akan menimbulkan dampak yang buruk, khususnya terhadap sanitasi lingkungan dan bau yang menggangu masyarakat sekitar, sehingga  terjadi penurunan tingkat kesehatan lingkungan yang melampaui batas ambang toleransi. UU Nomor 23 Tahun 1997  mengisyaratkan bahwa bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kenyamanan dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (Rustam, 2002: 68).  Pelanggaran terhadap undang-undang ini tentu saja akan menyebabkan ancam berupa pelarangan dan penutupan operasional usaha peternakan.  Oleh karenanya perlu juga dikaji sisi kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman usaha peternakan ayam ras petelur skala besar dalam hal pengelolaan limbah.
  
1.2  Perumusan Masalah
Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:
1)      Bagaimanakah kondisi faktor-faktor internal yang menentukan kelangsungan hidup usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Bangli?
2)      Bagaimanakah kondisi lingkungan yang merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Bangli?
3)      Bagaimana strategi pengembangan usaha yang paling sesuai bagi peternakan ayam ras petelur dalam merespon persaingan pasar dan dampak terhadap lingkungan?
1.3  Tujuan Penelitian
            Sesuai dengan pokok masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitia ini adalah sebagai berikut :
1)      Mengetahui kondisi faktor-faktor internal yang menentukan kelangsungan hidup usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Bangli.
2)      Mengetahui kondisi lingkungan yang merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Bangli.
3)      Menganalisis strategi pengembangan usaha yang paling sesuai bagi peternakan ayam ras petelur dalam merespon persaingan pasar dan dampak terhadap lingkungan.

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut;
1.      Bagi Peternak
Memberikan informasi dan masukan pada bidang kajian perencanaan dan pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Bangli.
2.      Bagi Pemerintah
Memberikan masukan kepada Pemerintah atau pengambil kebijakan, sebagai kebijakan dalam upaya pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Bangli.
3.      Bagi mahasiswa
Memberikan pengetahuan tambahan mengenai cara perencanaan dan pengembangan usaha peternakana ayam ras petelur
4.      Bagi masyarakat
Dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat atau konsumen terhadap hasil telur ras yang baik dan bergizi ketika dikonsumsi.



DAFTAR PUSTAKA

Rangkuti, F.,  2000 Analisis SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rustam, 2002.  Pendapatan Menurut Standar Akutansi Keuangan.  Digilib Usu,
Medan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar